1. Non-Tracheophyta (tumbuhan tak berpembuluh) : Lumut
2. Tracheophyta (tumbuhan berpembuluh) : Paku dan Tumbuhan Berbiji
2. Tracheophyta (tumbuhan berpembuluh) : Paku dan Tumbuhan Berbiji
A. Tumbuhan Lumut (BRYOPHYTA)
1. Ciri Tubuh
1.1 Ukuran dan Bentuk Tubuh
Ukuran lumut makroskopik, yaitu dengan tinggi sekitar 1-2 cm. Lumut mengalami
pergantian generasi, yaitu gametofit dan sporofit. Gametofit adalah lumut yang menghasilkan sel kelamin. Sporofit adalah lumut yang menghasilkan spora.
Ukuran lumut makroskopik, yaitu dengan tinggi sekitar 1-2 cm. Lumut mengalami
pergantian generasi, yaitu gametofit dan sporofit. Gametofit adalah lumut yang menghasilkan sel kelamin. Sporofit adalah lumut yang menghasilkan spora.
1.2 Struktur dan Fungsi Tubuh
Tubuh lumut terdiri dari sel-sel yang memiliki kloroplas yang memiliki pigmen klorofil untuk membantu berfotosintesis. Tubuh lumut tidak memiliki jaringan pengangkut air dan mineral. Gametofit memiliki alat perkembangbiakan multiseluler yang disebut gametangium. Gametium jantan disebut anteridium dan gametium betina disebut arkegonium. Jika anteridium dan arkegonium terdapat pada satu gametofit disebut lumut berumah satu (monoseus) dan jika anteridium dan arkegonium terpisah pada dua gametofit disebut lumut berumah dua (dioseus). Lumut sporofit selalu menumpang lumut gametofit untuk memperoleh air dan mineral. Sporofit multiseluler pada sebagian besar lumut memiliki sporangium. Sporangium menghasilkan spora-spora dengan bentuk dan ukuran yang sama sehingga lumut sering dikatakan bersifat homopora atau isospora. Spora digunakan untuk rerproduksi seksual.
Tubuh lumut terdiri dari sel-sel yang memiliki kloroplas yang memiliki pigmen klorofil untuk membantu berfotosintesis. Tubuh lumut tidak memiliki jaringan pengangkut air dan mineral. Gametofit memiliki alat perkembangbiakan multiseluler yang disebut gametangium. Gametium jantan disebut anteridium dan gametium betina disebut arkegonium. Jika anteridium dan arkegonium terdapat pada satu gametofit disebut lumut berumah satu (monoseus) dan jika anteridium dan arkegonium terpisah pada dua gametofit disebut lumut berumah dua (dioseus). Lumut sporofit selalu menumpang lumut gametofit untuk memperoleh air dan mineral. Sporofit multiseluler pada sebagian besar lumut memiliki sporangium. Sporangium menghasilkan spora-spora dengan bentuk dan ukuran yang sama sehingga lumut sering dikatakan bersifat homopora atau isospora. Spora digunakan untuk rerproduksi seksual.
2. Cara Hidup dan Habitat
2.1 Reproduksi
Lumut berkembang secara aseksual dan seksual. Reproduksi aseksual dilakukan dengan spora. Spora dihasilkan oleh pembelahan yang terjadi di dalam sporangium lumut sporofit (sporogonium). Spora tersebut kemudian tumbuh menjadi protonema lalu tumbuh lagi menjadi gametofit haploid (n). pergiliran antara generasi gametofit (n) dan generasi sporofit (2n) disebut metagenesis. Gametofit adalah generasi yang dominan dalam daur kehidupan lumut
2.1 Reproduksi
Lumut berkembang secara aseksual dan seksual. Reproduksi aseksual dilakukan dengan spora. Spora dihasilkan oleh pembelahan yang terjadi di dalam sporangium lumut sporofit (sporogonium). Spora tersebut kemudian tumbuh menjadi protonema lalu tumbuh lagi menjadi gametofit haploid (n). pergiliran antara generasi gametofit (n) dan generasi sporofit (2n) disebut metagenesis. Gametofit adalah generasi yang dominan dalam daur kehidupan lumut
2.2 Klasifikasi
a. Lumut hati (Hepaticopsida)
Bentuk tubuh lumut hati seperti hati (talus). Pada talus lumut hati terdapat gemma cup (kuncup). Tubuhnya masih berupa talus dan mempunyai rhizoid. Gametofitnya membentuk anteridium dan arkegonium yang berbentuk paying. Sporangium sporofit terbentuk pada bagian bawah cakram arkegooniofor. Arkegoniofor adalah cabang pada gametofit betina berupa struktur seperti jejari yang mekar dari sebuah cakram di tengah. Spermatozoid dihasilkan oleh anteridium yang terdapat pada bagian atas cakram anteridiofor. Anteridiofor adalah cabang pada gametofit jantan yang berupa struktur seperti paying dengan puncaknya membentuk cakram.
a. Lumut hati (Hepaticopsida)
Bentuk tubuh lumut hati seperti hati (talus). Pada talus lumut hati terdapat gemma cup (kuncup). Tubuhnya masih berupa talus dan mempunyai rhizoid. Gametofitnya membentuk anteridium dan arkegonium yang berbentuk paying. Sporangium sporofit terbentuk pada bagian bawah cakram arkegooniofor. Arkegoniofor adalah cabang pada gametofit betina berupa struktur seperti jejari yang mekar dari sebuah cakram di tengah. Spermatozoid dihasilkan oleh anteridium yang terdapat pada bagian atas cakram anteridiofor. Anteridiofor adalah cabang pada gametofit jantan yang berupa struktur seperti paying dengan puncaknya membentuk cakram.
b. Lumut tanduk (Anthoceratopsida)
Lumut tanduk memiliki bentuk tubuh seperti lumut hati yaitu berupa talus. Sporofitnya berupa kapsul memanjang. Sel lumut tanduk hanya memiliki satu kloroplas. Lumut tanduk terdiri dari 100 spesies
Lumut tanduk memiliki bentuk tubuh seperti lumut hati yaitu berupa talus. Sporofitnya berupa kapsul memanjang. Sel lumut tanduk hanya memiliki satu kloroplas. Lumut tanduk terdiri dari 100 spesies
c. Lumut Daun (Bryopsida)
Lumut daun memiliki struktur gametofit atau struktir generative dan juga menghasilkan spora (vegetative). Tingginya sekitar 5 inchi. Sporofitnya terdiri dari bagian seta, apofiksis, kapsul, gigi peristom dan kalipra. Spora terdiri dari dua lapisan yaitu endopora dan eksospra. Habitatnya di tempat lembab. Ujung kapsulnya yang telah masak ditutupi oleh penutup yang disebut juga operculum.
Lumut daun memiliki struktur gametofit atau struktir generative dan juga menghasilkan spora (vegetative). Tingginya sekitar 5 inchi. Sporofitnya terdiri dari bagian seta, apofiksis, kapsul, gigi peristom dan kalipra. Spora terdiri dari dua lapisan yaitu endopora dan eksospra. Habitatnya di tempat lembab. Ujung kapsulnya yang telah masak ditutupi oleh penutup yang disebut juga operculum.
3. Manfaat Lumut Bagi Manusia
a. Obat penyakit hepar (hati)
b. Bahan pengganti kapas atau pembalut
c. Sumber bahan bakar
d. Mampu merombak struktur batu menjadi tanah
a. Obat penyakit hepar (hati)
b. Bahan pengganti kapas atau pembalut
c. Sumber bahan bakar
d. Mampu merombak struktur batu menjadi tanah
B. Tumbuhan Paku (PTERIDOPHYTA)
1. Ciri Tubuh
1.1 Ukuran dan Bentuk Tubuh
Tinggi tumbuhan paku bervariasi. Mulai dari yang tingginya sekitar 2 cm, sampai tumbuhan paku di darat yang mencapai tinggi 5 m. tumbuhan terdiri dari generasi gametofit dan sporofit sama dengan tumbuhan lumut tadi. Namun, tidak seperti tumbuhan lumut, sporofit tumbuhan paku lebih besar dari gametofitnya dan hidupnya lebih lama. Karena itu sporofit disebut sebagai generasi yang dominan pada daur kehidupan tumbuhan paku. Generasi sporofit umumnya yang kita lihat sehari-hari sebagai tumbuhan paku.
1. Ciri Tubuh
1.1 Ukuran dan Bentuk Tubuh
Tinggi tumbuhan paku bervariasi. Mulai dari yang tingginya sekitar 2 cm, sampai tumbuhan paku di darat yang mencapai tinggi 5 m. tumbuhan terdiri dari generasi gametofit dan sporofit sama dengan tumbuhan lumut tadi. Namun, tidak seperti tumbuhan lumut, sporofit tumbuhan paku lebih besar dari gametofitnya dan hidupnya lebih lama. Karena itu sporofit disebut sebagai generasi yang dominan pada daur kehidupan tumbuhan paku. Generasi sporofit umumnya yang kita lihat sehari-hari sebagai tumbuhan paku.
1.2 Struktur dan Fungsi Tubuh Tumbuhan Paku Generasi Sporofit
Sebagian besar tumbuhan paku sporofit memiliki akar, batang dan daun sejati. Dan ada pula tumbuhan paku yang memiliki rizom. Tumbuhan paku ada yang berdaun kecil (mikrofil) dan yang berdaun besar (makrofil). Di sepanjang batang tumbuhan paku yang tidak berdaun terdapat sporangium. Sedangkan pada tumbuhan paku yang berdaun sporangium terletak pada daun yang fertil (sporofil). Sedangkan daun yang tidak mengandung sporangium disebut daun steril (tropofil). Sporofil ada yang berupa helaian dan ada yang memebentuk strobilus. Strobilus adalah gabungan beberapa sporofil memebentuk struktur seperti kerucut pada ujung cabang. Pada sporofil yang berbentuk helaian, sporangium berkelompok dan membentuk sorus. Sorus dilindungi oleh selaput (indusium). Spira yang dihasilkan sporofit akan tumbuh memebentuk gametofit berbentuk hati (protalus atau protalium).
Sebagian besar tumbuhan paku sporofit memiliki akar, batang dan daun sejati. Dan ada pula tumbuhan paku yang memiliki rizom. Tumbuhan paku ada yang berdaun kecil (mikrofil) dan yang berdaun besar (makrofil). Di sepanjang batang tumbuhan paku yang tidak berdaun terdapat sporangium. Sedangkan pada tumbuhan paku yang berdaun sporangium terletak pada daun yang fertil (sporofil). Sedangkan daun yang tidak mengandung sporangium disebut daun steril (tropofil). Sporofil ada yang berupa helaian dan ada yang memebentuk strobilus. Strobilus adalah gabungan beberapa sporofil memebentuk struktur seperti kerucut pada ujung cabang. Pada sporofil yang berbentuk helaian, sporangium berkelompok dan membentuk sorus. Sorus dilindungi oleh selaput (indusium). Spira yang dihasilkan sporofit akan tumbuh memebentuk gametofit berbentuk hati (protalus atau protalium).
1.3 Struktur dan Fungsi Tubuh Tumbuhan Paku Generasi Gametofit
Gametofit memiliki alat reproduksi seksual yaitu anteridium (jantan) yang menghasilkan spermatozoid berflagelum dan arkegonium (betina) yang menghasilkan ovum. Gametofit dengan dua jenis alat reproduksi disebut gametofit biseksual. Sedangkan gametofit yang hanya memiliki salah satu jenis alat reproduksi disebut gametofit uniseksual. Gametofit biseksual dihasilkan oleh paku homospora. Gametofit uniseksual dihasilkan oleh paku heterospora.
Gametofit memiliki alat reproduksi seksual yaitu anteridium (jantan) yang menghasilkan spermatozoid berflagelum dan arkegonium (betina) yang menghasilkan ovum. Gametofit dengan dua jenis alat reproduksi disebut gametofit biseksual. Sedangkan gametofit yang hanya memiliki salah satu jenis alat reproduksi disebut gametofit uniseksual. Gametofit biseksual dihasilkan oleh paku homospora. Gametofit uniseksual dihasilkan oleh paku heterospora.
2. Cara Hidup dan Habitat
2.1 Reproduksi
Tumbuhan paku berkembang biak secara seksual dan aseksual. Reproduksi seksual dan aseksual pada tumbuhan paku terjadi sama seperti tumbuhan lumut. Cara bereproduksi tumbuhan paku dibedakan berdasarkan sporofil paku tersebut yaitu paku homospora, paku heterospora dan paku peralihan.
2.1 Reproduksi
Tumbuhan paku berkembang biak secara seksual dan aseksual. Reproduksi seksual dan aseksual pada tumbuhan paku terjadi sama seperti tumbuhan lumut. Cara bereproduksi tumbuhan paku dibedakan berdasarkan sporofil paku tersebut yaitu paku homospora, paku heterospora dan paku peralihan.
2.2 Klasifikasi
a. Paku purba (Psilopsida)
Sebagian besar paku purba merupakan tumbuhan paku yang telah punah. Paku purba hidup di daerah tropis dan subtropis. Pada paku purba, daun yang ada merupakan mikrofil dan makrofil. Sporofil pada paku purba merupakan homospora.
a. Paku purba (Psilopsida)
Sebagian besar paku purba merupakan tumbuhan paku yang telah punah. Paku purba hidup di daerah tropis dan subtropis. Pada paku purba, daun yang ada merupakan mikrofil dan makrofil. Sporofil pada paku purba merupakan homospora.
b. Paku kawat (Lycopsida)
Paku kawat banyak tumbuh di daerah tropis dan subtropis. Sporangium terdapat pada sporofil yang tersusun membentuk strobilus pada ujung batang yang berbentuk kerucut seperti konus pada pinus. Oleh karena itu, paku kawat sering disebut juga pinus tanah. Paku kawat memiliki mikrosprangium dan megasporangium yang menghasilkan mikrospora dan megaspore yang akan tumbuh menjadi gametofit jantan dan gametofit betina. Gametofit pada paku kawat berukuran kecil dan tidak berklorofil.
Paku kawat banyak tumbuh di daerah tropis dan subtropis. Sporangium terdapat pada sporofil yang tersusun membentuk strobilus pada ujung batang yang berbentuk kerucut seperti konus pada pinus. Oleh karena itu, paku kawat sering disebut juga pinus tanah. Paku kawat memiliki mikrosprangium dan megasporangium yang menghasilkan mikrospora dan megaspore yang akan tumbuh menjadi gametofit jantan dan gametofit betina. Gametofit pada paku kawat berukuran kecil dan tidak berklorofil.
c. Paku ekor kuda (Sphenopsida)
Tumbuhan paku ini berbentuk seperti pohon dengan tinggi mencapai 15 m. Bentuk batang tumbuhan paku ini sama dengan namanya, ekor kuda. Paku ekor kuda digolongkan ke dalam paku peralihan.
Tumbuhan paku ini berbentuk seperti pohon dengan tinggi mencapai 15 m. Bentuk batang tumbuhan paku ini sama dengan namanya, ekor kuda. Paku ekor kuda digolongkan ke dalam paku peralihan.
d. Paku sejati (Pteropsida)
Tempat tumbuh paku sejati sebagian bessar di darat pada daerah tropis dan subtropis. Daun muda pada paku sejati tumbuh menggulung (circinnatus). Umumnya berdaun berukuran besar dan memiliki tulang daun bercabang.
Tempat tumbuh paku sejati sebagian bessar di darat pada daerah tropis dan subtropis. Daun muda pada paku sejati tumbuh menggulung (circinnatus). Umumnya berdaun berukuran besar dan memiliki tulang daun bercabang.
3. Manfaat Tumbuhan Paku bagi Manusia
a. Dapat dimakan sebagai sayur
b. Obat untuk menyembuhkan luka
c. Pupuk hijau tanaman padi di sawah
d. Tanaman hias
a. Dapat dimakan sebagai sayur
b. Obat untuk menyembuhkan luka
c. Pupuk hijau tanaman padi di sawah
d. Tanaman hias
C. Tumbuhan Berbiji (SPERMATOPHYTA)
1. Ciri Tubuh
1.1 Ukuran dan Bentuk Tubuh
Perawakan atau penampilan tumbuhhan berbiji sangat bervariasi, dari pohon, perdu, semak hingga herba. Ukuran tumbuhan bebiji makroskopis yaitu dapat dilihat tanpa menggunakan mikroskop.
1. Ciri Tubuh
1.1 Ukuran dan Bentuk Tubuh
Perawakan atau penampilan tumbuhhan berbiji sangat bervariasi, dari pohon, perdu, semak hingga herba. Ukuran tumbuhan bebiji makroskopis yaitu dapat dilihat tanpa menggunakan mikroskop.
1.2 Struktur dan Fungsi Tubuh
Tunbuhan berbiji merupakan tumbuhan heterospora. Mikrospora pada tumbuhan berbiji merupakan kantung serbuk sari. Mikrosporofilnya berupa benang sari. Megaspore pada tumbuhan berbiji adalah kandung lembaga (kantung embrio). Megasporangiumnya tentu saja bakal biji sedangkan megaporofilnya merupakan daun buah (karpela).
Tunbuhan berbiji merupakan tumbuhan heterospora. Mikrospora pada tumbuhan berbiji merupakan kantung serbuk sari. Mikrosporofilnya berupa benang sari. Megaspore pada tumbuhan berbiji adalah kandung lembaga (kantung embrio). Megasporangiumnya tentu saja bakal biji sedangkan megaporofilnya merupakan daun buah (karpela).
2. Cara Hidup dan Habitat
2.1 Reproduksi
Reproduksi dilakukan tumbuhan berbiji melalui penyerbukan (polinasi) dan pembuahan (fertilisasi). Penyerbukan adalah menempelnya serbuk sari pada kepala putik. Pembuahan adalah terjadinya penyatuan sel telur yang terdapat dalam kantung lembaga pada bakal biji dengan inti yang berasal dari serbuk sari.
2.2 Klasifikasi
a. Subdivisi Gymnospermae (Tumbuhan Berbiji Terbuka)
Ciri-cirinya adalah bakal biji tumbuh pada permukaan megasporofil, umumnya berkelamin tunggal dan penyerbukan hamper selalu dengan penyerbukan anemogami (bantuan angin). Gymnospermae dibagi menjadi beberapa kelas.
2.1 Reproduksi
Reproduksi dilakukan tumbuhan berbiji melalui penyerbukan (polinasi) dan pembuahan (fertilisasi). Penyerbukan adalah menempelnya serbuk sari pada kepala putik. Pembuahan adalah terjadinya penyatuan sel telur yang terdapat dalam kantung lembaga pada bakal biji dengan inti yang berasal dari serbuk sari.
2.2 Klasifikasi
a. Subdivisi Gymnospermae (Tumbuhan Berbiji Terbuka)
Ciri-cirinya adalah bakal biji tumbuh pada permukaan megasporofil, umumnya berkelamin tunggal dan penyerbukan hamper selalu dengan penyerbukan anemogami (bantuan angin). Gymnospermae dibagi menjadi beberapa kelas.
- Kelas Cycadinae
Habitus menyerupai palem, berkayu, sedikit atau tidak bercabang, daun tersusun dalam roset batang, tulang daun berbagi menyirip atau menyirip dan daun mudanya bergulung.
- Kelas Coniferae atau Coniferinae
Habitus semak, perdu atau pohon, dengan tajuk menyerupai kerucut. Daun menjarum. Terbagi dalam beberapa ordo dengan contoh famili sebagai berikut.
• Ordo Toxales. Family Taxaceae.
• Ordo Araucariale. Famili Araucariaceae.
• Ordo Podocarpales. Famili Podocarpaceae.
• Ordo Pinales. Famili Pinaceae.
- Kelas Gnetinae
Tumbuhan berkayu yang batangnya bercabang-cabang atau tidak. Terbagi dalam beberapa ordo dengan contoh famili sebagai berikut.
• Ordo Ephedrales. Famili Ephedraceae.
• Ordo Gnetales. Famili Gnetaceae.
• Ordo Welwitschiales. Famili Welwitschiaceae.
- Kelas Ginkgoinae
Pohon yang memiliki tunas pendek, daun bertangkai panjang berbentuk kipas dengan tulang daun bercabang-cabang menggarpu.
b. Subdivisi Angiospermae (Tumbuhan Berbiji Tertutup)
Habitu herba, semak, perdu atau puhon. Selama pertumbuhan, inti dalam serbuk sari membelah menjadi dua (vegetative dan generative). Terbagi menjadi beberapa kelas.
- Kelas Dycotyledoneae (Tumbuhan Dikotil)
Berbentuk kerucut panjang, biasanya bercabang-cabang dengan ruas-ruas tidak jelas.
- Subkelas monoklamida
Pohon atau tumbuhan berkayu, bunga berkelamin tunggal, anemogami, tak ada perhiasan bunga
- Subkelas dialipeta
Tumbuhan dengan habitus terna, semak, perdu dan pohon, bunga menarik perhatian. Perhiasan bunga lengkap.
- Subkelas simpetala
Tumbuhan denga habitus herba, semak, perdu dan pohon, perhiasan bunga lengkap.
- Kelas Monocotyledoneae (Tumbuhan Monokotil)
Habitus herba, semak, perdu atau pohon. Batang dari pangkal ke ujung hamper sama tanpa cabang. Daun tunggal, jarang majemuk, umumnnya memiliki pelepah, helaian daun sejajar. Bunga berjumlah trimer atau kelipatan tiga dan tidak berkambium.
Habitus menyerupai palem, berkayu, sedikit atau tidak bercabang, daun tersusun dalam roset batang, tulang daun berbagi menyirip atau menyirip dan daun mudanya bergulung.
- Kelas Coniferae atau Coniferinae
Habitus semak, perdu atau pohon, dengan tajuk menyerupai kerucut. Daun menjarum. Terbagi dalam beberapa ordo dengan contoh famili sebagai berikut.
• Ordo Toxales. Family Taxaceae.
• Ordo Araucariale. Famili Araucariaceae.
• Ordo Podocarpales. Famili Podocarpaceae.
• Ordo Pinales. Famili Pinaceae.
- Kelas Gnetinae
Tumbuhan berkayu yang batangnya bercabang-cabang atau tidak. Terbagi dalam beberapa ordo dengan contoh famili sebagai berikut.
• Ordo Ephedrales. Famili Ephedraceae.
• Ordo Gnetales. Famili Gnetaceae.
• Ordo Welwitschiales. Famili Welwitschiaceae.
- Kelas Ginkgoinae
Pohon yang memiliki tunas pendek, daun bertangkai panjang berbentuk kipas dengan tulang daun bercabang-cabang menggarpu.
b. Subdivisi Angiospermae (Tumbuhan Berbiji Tertutup)
Habitu herba, semak, perdu atau puhon. Selama pertumbuhan, inti dalam serbuk sari membelah menjadi dua (vegetative dan generative). Terbagi menjadi beberapa kelas.
- Kelas Dycotyledoneae (Tumbuhan Dikotil)
Berbentuk kerucut panjang, biasanya bercabang-cabang dengan ruas-ruas tidak jelas.
- Subkelas monoklamida
Pohon atau tumbuhan berkayu, bunga berkelamin tunggal, anemogami, tak ada perhiasan bunga
- Subkelas dialipeta
Tumbuhan dengan habitus terna, semak, perdu dan pohon, bunga menarik perhatian. Perhiasan bunga lengkap.
- Subkelas simpetala
Tumbuhan denga habitus herba, semak, perdu dan pohon, perhiasan bunga lengkap.
- Kelas Monocotyledoneae (Tumbuhan Monokotil)
Habitus herba, semak, perdu atau pohon. Batang dari pangkal ke ujung hamper sama tanpa cabang. Daun tunggal, jarang majemuk, umumnnya memiliki pelepah, helaian daun sejajar. Bunga berjumlah trimer atau kelipatan tiga dan tidak berkambium.
3. Manfaat Tumbuhan Berbiji Bagi Manusia
Peneduh, penyimpan air, penyerap karbon dioksida, sumber oksigen, bahan obat-obatan, dekorasi, upacara adat, agama, kosmetik, makanan utama, sumber serat, protein, vitamin, bahan sandang, papan, perabotan, dan masih banyak lagi
1.Ciri-Ciri Animalia.
4.Klasifikasi Porifera.
b. Obelia
- Hidup di air laut secara koloni.
b. Obelia
- Hidup di air laut secara koloni.
Peneduh, penyimpan air, penyerap karbon dioksida, sumber oksigen, bahan obat-obatan, dekorasi, upacara adat, agama, kosmetik, makanan utama, sumber serat, protein, vitamin, bahan sandang, papan, perabotan, dan masih banyak lagi
Dunia Hewan.
1.Ciri-Ciri Animalia.
·
Eukariotik.
·
Multiseluler.
·
Heterotrof.
·
Iritabilitas.
·
Tidak memilik dinding sel dan
klorofil.
2.Pengklasifikasian Animalia.
1. 1.Berdasarkan
ada tidaknya tulang belakang:
· Avertebrata(tidak
memiliki tulang belakang).
· Vertebrata(memiliki
tulang belakang).
2. 2.Berdasarkan
jumlah lapisan tubuh:
· Diploblastik(tersusun
atas dua lapisan tubuh).
· Triploblastik(tersusun
atas tiga lapisan tubuh).
3. 3. Berdasarkan
rongga tubuh:
· Aselomata(tidak
memiliki rongga tubuh).
· Pseudoselomata(memiliki
rongga tubuh semu).
· Selomata(memiliki
rongga tubuh).
4. 4.Berdasarkan
simetris tubuh:
· Bilateral
Simetris(bentuk tubuh yang tersusun bersebelahan yang memiliki satu bidang
pembelahan tertentu yang membagi tubuh menjadi dua bagian yang sama).
· Radial(bentuk
tubuh yang tersusun secara melingkar yang mempunyai banyak bidang pembelahan
yang membagi tubuh menjadi dua bagian yang sama).
· Asimetris(bentuk
tubuhnya tidak mempunyai bidang pembelahan).
Pembahasan
1.Filum Porifera
1.Ciri-ciri Porifera.
· Tubuhnya
banyak pori.
· Diploblastik.
· Bentuk
tubuhnya asimetris.
· Mayoritas
hidup dilaut.
· Sesil(melekat
pada dasar).
· Parazoa(belum
memiliki jaringan).
· Warnanya
mencolok.
· Bereproduksi
secara aseksual dan seksual.
2.Struktur tubuh Porifera.
Porifera terdiri dari dua penyusun lapisan tubuh yaitu ektoderm dan endoderm,
antara lapisan ektoderm dan endoderm terdapat lapisan pembatas yang
terdiri atas sel-sel:
·
· Amoebosit,yang
fungsinya untuk mengedarkan makanan.
·
· Skleroblast,yang
fungsinya untuk membuat kerangka.
·
· Archeosit,yang
fungsinya untuk amoebosit yang terdeverensi (sel kelamin).
Sedangkan pada lapisan ektoderm
terdapat sel-sel yang disebut pinakosit yang berfungsi untuk
pembentukan
pori. Serta pada lapisan endoderm terdapat sel-sel yang disebut koanosit yang
berfungsi untuk pencernaan makanan.

3.Type saluran air
Porifera.
1.Ascon.
Sistem ini merupakan tipe saluran air yang paling sederhana. Pertama air masuk
melalui lubang-lubang Ostia yang dihubungkan langsung dengan Spongosol lalu air
keluar melalui Oskulum.
2.Sycon.
Pada tipe saluran air pada porifera ini air yang masuk melalui
lubang-lubang Ostia kemudian menuju saluran yang bercabang-cabang (Canal
Radier). Kemudian menuju ke Spongosol sebab Canal Radier berhunbungan langsung
dengan Spongosol yang kemudian akan keluar melalui Oskulum.
3.Leucon.
Sistem ini merupakan tipe saluran air yang paling rumit, yaitu dimana air masuk
melalui lubang-lubang Ostia kemudian menuju ke percabangan Canal Radier lalu
air akan masuk ke Canal Radier kemudian baru berhubungan dengan Spongosol dan
yang akan dikeluarkan melalui Oskulum.

4.Klasifikasi Porifera.
1.Calcarea
Golongan ini yang memiliki spikula dan zat kapur(CaCO3) yang hidup pada air
laut yang dangkal. Contohnya: Clathrina sp. serta Sycon sp.
2.Hexactinellida.
Golongan ini memiliki spikula yang tersusun atas zat kersik dan hidupnya pada
air laut yang dalam. Contohnya: Euplectella sp. dan Pheronema
sp.
3.Demospongiae
Golongan ini bertulang lunak serta tidak memiliki rangka. Memang ada beberapa
yang memiliki kerangka namun tersusun dari serabut-serabut sponging dengan
spikula dari zat kersik. Contohnya: Spongila sp. , Phyllospongia sp.
dan Euspongia sp.
2.Filum Colenterata.
Coelenterata berasal dari kata KOILOS = rongga
tubuh atau selom
dan ENTERON = usus. Jadi COELENTERON artinya rongga yang
berfungsi sebagai usus. Sering juga disebut CNIDARIA
dan ENTERON = usus. Jadi COELENTERON artinya rongga yang
berfungsi sebagai usus. Sering juga disebut CNIDARIA
1.Ciri-ciri
Colenterata.
· Memiliki
rongga(Gastrovaskuler).
· Radial
simetris.
· Diploblastik.
· Reproduksi
secara sekual dan aseksual.
· Memiliki
tantekel.
· Heterotrof.
· Habitatnya
di air laut
· Memiliki
dua bentuk:
-Polip(melekat,tidak
bergerak).
-Medusa(bertentakel,bergerak).

2.Reproduksi Colenterata.
1.
Reproduksi Generatif (seksual).
Dilakukan dengan peleburan sel sperma dengan sel ovum (telur) yang
terjadi pada fase medusa. Letak testis di dekat tentakel sedangkan
ovarium dekat kaki. Sperma masak dikeluarkan lalu berenang hingga
menuju ovum. Ovum yang dibuahi akan membentuk zigot.
Mula-mula zigot tumbuh di ovarium hingga menjadi larva.
Larva bersilia (planula) berenang meninggalkan induk dan membentuk
polip di dasar perairan.
Reproduksi vegetatif dan generatif pada coelonterata berlangsung secara
bergantian, sehingga coelenterata mengalami pergiliran keturunan/
siklus
hidup/metagenesis.
Berikut adalah tahapan metagenesis pada Obelia
sp, mewakili kelas Hydrozoa
dan Aurelia mewakili kelas Scypozoa.

2. Reproduksi Vegetatif
(aseksual).
Dilakukan dengan membentuk kuncup pada kaki pada fase polip.
Dilakukan dengan membentuk kuncup pada kaki pada fase polip.
Makin
lama makin besar, lalu membentuk tentakel. Kuncup tumbuh
disekitar kaki sampai besar hingga induknya membuat kuncup baru.
Semakin banyak lalu menjadi koloni.
Semakin banyak lalu menjadi koloni.

3.Klasifikasi Colenterata
1. HYDROZOA
- Hydrozoa berasal dari kata hydra, artinya hewan yang bentuknya
- Hydrozoa berasal dari kata hydra, artinya hewan yang bentuknya
seperti ular.
- Umumnya hidup soliter atau berkoloni. Soliter berbentuk polip dan
yang berkoloni berbentuk polip dan medusa.
- Lebih sering ditemukan atau dominan dalam bentuk koloni polip
sedangkan dalam bentuk medusa jarang ditemukan
Contoh Hydra dan Obellia.
sedangkan dalam bentuk medusa jarang ditemukan
Contoh Hydra dan Obellia.
a. Hydra
a.Struk Tubuh Hydra.
- bentuk tubuh Hydra seperti polip
- habitat di air tawar.
- habitat di air tawar.
- terdapat mulut yang dikelilingi oleh hypostome dan di sekelilingnya
terdapat 6 – 10 buah tentakel.
- tentakel berfungsi sebagai alat untuk menangkap makanan.
- ukuran tubuh Hydra antara 10 mm – 30 mm.
- makanannya berupa tumbuhan kecil dan Crustacea
(udang-uadangan) rendah.
- bagian tubuh sebelah bawah tertutup membentuk kaki,
gunanya untuk melekat pada obyek dan untuk bergerak.
- makanan dicernakan di dalam rongga gastrovaskuler.
terdapat 6 – 10 buah tentakel.
- tentakel berfungsi sebagai alat untuk menangkap makanan.
- ukuran tubuh Hydra antara 10 mm – 30 mm.
- makanannya berupa tumbuhan kecil dan Crustacea
(udang-uadangan) rendah.
- bagian tubuh sebelah bawah tertutup membentuk kaki,
gunanya untuk melekat pada obyek dan untuk bergerak.
- makanan dicernakan di dalam rongga gastrovaskuler.
b.Reproduksi Hydra.
- reproduksi aseksual dengan tunas atau budd
kira-kira pada bagian samping tengah dinding tubuh Hydra.
kira-kira pada bagian samping tengah dinding tubuh Hydra.
Tunas telah memiliki epidermis, mesoglea dan rongga gastrovaskuler.
Tunas tersebut terus membesar dan akhirnya melepaskan diri dari
tubuh induknya untuk menjadi individu
baru.
- reproduksi seksual :
terjadi melalui peleburan sel telur (dari ovarium) dengan sperma
(dari testis). Hasil peleburan membentuk zigot yang akan berkembang
sampai stadium gastrula. Kemudian embrio ini akan berkembang
membentuk kista dengan dinding dari zat tanduk.
Kista ini dapat berenang bebas dan di tempat yang sesuai akan melekat
pada obyek di dasar perairan. Kemudian bila keadaan lingkungan
membaik, inti kista pecah dan embrio tumbuh menjadi Hydra baru.
b. Obelia
- Hidup di air laut secara koloni.
- Sebagian besar waktu hidupnya sebagai koloni polip.
- Bagian polip yang berfungsi dalam hal makan disebut hidrant
- fase seksual (medusa) disebut gonangium
2. SCYPHOZOA (mangkok)
Scyphozoa berbentuk menyerupai mangkuk yang
transparan dan berukuran besar. Pada tentakelnya ditutup dengan sel-sel
penyengat yang dapat membunuh hewan lain.
a.Struktur Tubuh
- Bentuk tubuh Scyphozoa menyerupai mangkuk atau cawan,
- Bentuk tubuh Scyphozoa menyerupai mangkuk atau cawan,
sehingga sering disebut ubur-ubur mangkuk
- Memiliki bentuk dominan medusa
- Polip bagian atas akan membentuk medusa lalu lepas melayang di
air.
- Medusa akan melakukan kawin dan membentuk planula sebagai
calon polip.
- medusa
berukuran garis tengah 7 – 10 mm,
- pinggiran berlekuk-lekuk 8 buah
b.Reproduksi Scyphozoa.
- mengalami pergiliran
keturunan seksual dan aseksual.
- memiliki alat kelamin yang terpisah pada individu jantan dan
betina.
- pembuahan ovum oleh sperma secara internal di dalam tubuh
individu betina
- Hasil pembuahan adalah zigot yang akan berkembang menjadi
larva bersilia yang dapat berenang disebut planula.
- Setelah menempel, silia dilepaskan dan planula tumbuh
menjadi
polip muda disebut skifistoma.
- Skifistoma membentuk tunas-tunas lateral sehingga Aurellia
tampak
seperti tumpukan piring dan disebut strobilasi.
- Kuncup dewasa paling atas akan melepaskan diri dan menjadi
medusa muda disebut Efira.
- Selanjutnya efira berkembang menjadi medusa dewasa.

3.Klasifikasi
Colenterata.
1. HYDROZOA
- Hydrozoa berasal dari kata hydra, artinya hewan yang bentuknya
- Hydrozoa berasal dari kata hydra, artinya hewan yang bentuknya
seperti ular.
- Umumnya hidup soliter atau berkoloni. Soliter berbentuk polip dan
yang berkoloni berbentuk polip dan medusa.
- Lebih sering ditemukan atau dominan dalam bentuk koloni polip
sedangkan dalam bentuk medusa jarang ditemukan
Contoh Hydra dan Obellia.
sedangkan dalam bentuk medusa jarang ditemukan
Contoh Hydra dan Obellia.
a. Hydra
a.Struk Tubuh Hydra.
- bentuk tubuh Hydra seperti polip
- habitat di air tawar.
- habitat di air tawar.
- terdapat mulut yang dikelilingi oleh hypostome dan di sekelilingnya
terdapat 6 – 10 buah tentakel.
- tentakel berfungsi sebagai alat untuk menangkap makanan.
- ukuran tubuh Hydra antara 10 mm – 30 mm.
- makanannya berupa tumbuhan kecil dan Crustacea
(udang-uadangan) rendah.
- bagian tubuh sebelah bawah tertutup membentuk kaki,
gunanya untuk melekat pada obyek dan untuk bergerak.
- makanan dicernakan di dalam rongga gastrovaskuler.
terdapat 6 – 10 buah tentakel.
- tentakel berfungsi sebagai alat untuk menangkap makanan.
- ukuran tubuh Hydra antara 10 mm – 30 mm.
- makanannya berupa tumbuhan kecil dan Crustacea
(udang-uadangan) rendah.
- bagian tubuh sebelah bawah tertutup membentuk kaki,
gunanya untuk melekat pada obyek dan untuk bergerak.
- makanan dicernakan di dalam rongga gastrovaskuler.
b.Reproduksi Hydra.
- reproduksi aseksual dengan tunas atau budd
kira-kira pada bagian samping tengah dinding tubuh Hydra.
kira-kira pada bagian samping tengah dinding tubuh Hydra.
Tunas telah memiliki epidermis, mesoglea dan rongga gastrovaskuler.
Tunas tersebut terus membesar dan akhirnya melepaskan diri dari
tubuh induknya untuk menjadi individu
baru.
- reproduksi seksual :
terjadi melalui peleburan sel telur (dari ovarium) dengan sperma
(dari testis). Hasil peleburan membentuk zigot yang akan berkembang
sampai stadium gastrula. Kemudian embrio ini akan berkembang
membentuk kista dengan dinding dari zat tanduk.
Kista ini dapat berenang bebas dan di tempat yang sesuai akan melekat
pada obyek di dasar perairan. Kemudian bila keadaan lingkungan
membaik, inti kista pecah dan embrio tumbuh menjadi Hydra baru.
b. Obelia
- Hidup di air laut secara koloni.
- Sebagian besar waktu hidupnya sebagai koloni polip.
- Bagian polip yang berfungsi dalam hal makan disebut hidrant
- fase seksual (medusa) disebut gonangium
2. SCYPHOZOA (mangkok)
Scyphozoa berbentuk menyerupai mangkuk yang
transparan dan berukuran besar. Pada tentakelnya ditutup dengan sel-sel
penyengat yang dapat membunuh hewan lain.
a.Struktur Tubuh
- Bentuk tubuh Scyphozoa menyerupai mangkuk atau cawan,
- Bentuk tubuh Scyphozoa menyerupai mangkuk atau cawan,
sehingga sering disebut ubur-ubur mangkuk
- Memiliki bentuk dominan medusa
- Polip bagian atas akan membentuk medusa lalu lepas melayang di
air.
- Medusa akan melakukan kawin dan membentuk planula sebagai
calon polip.
- medusa
berukuran garis tengah 7 – 10 mm,
- pinggiran berlekuk-lekuk 8 buah
b.Reproduksi Scyphozoa.
- mengalami pergiliran
keturunan seksual dan aseksual.
- memiliki alat kelamin yang terpisah pada individu jantan dan
betina.
- pembuahan ovum oleh sperma secara internal di dalam tubuh
individu betina
- Hasil pembuahan adalah zigot yang akan berkembang menjadi
larva bersilia yang dapat berenang disebut planula.
- Setelah menempel, silia dilepaskan dan planula tumbuh
menjadi
polip muda disebut skifistoma.
- Skifistoma membentuk tunas-tunas lateral sehingga Aurellia
tampak
seperti tumpukan piring dan disebut strobilasi.
- Kuncup dewasa paling atas akan melepaskan diri dan menjadi
medusa muda disebut Efira.
- Selanjutnya efira berkembang menjadi medusa dewasa.
3. ANTHOZOA
- Berasal dari kata anthos = bunga.
- Hidup di laut bentuk polip, tidak punya fase medusa.
- Polip bereproduksi secara aseksual dengan tunas,
pembelahan dan fragmentasi.
- Reproduksi seksual dengan fertilisasi yang menghasilkan
zigot lalu menjadi planula
- Mawar laut menempel pada dasar perairan. Pada permukaan mulut
- Mawar Laut terdapat banyak tentakel berukuran pendek.
-Tentakel ini berfungsi untuk mencegah agar pasir dan kotoran
lain
- tidak melekat sehingga Mawar Laut tetap bersih.
Contoh anthozoa

No comments:
Post a Comment